Walhi Soroti Aktivitas Usaha Pertamina di Dawuan Barat
KARAWANG - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) angkat suara terkait dugaan pencemaran lingkungan selama belasan tahun di Desa Dawuan Barat yang bersumber dari PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran III Terminal BBM Cikampek. Direktur WALHI Jawa Barat Mieke mengatakan, Pertamina selaku badan usaha plat merah wajib melakukan aktivitas dengan mempertibangkan keselamatan dan kesehatan warga lingkunan sekitar. "Pengelola (Pertamina) harus dapat memperhatikan lingkungan yang membuat warga berdampak dari proses usahanya dengan cara membatasi proses produksi usahanya. Seperti mengurangi jam pengisian bahan bakar untuk dapat mencegah dari aktivitas warga," kata Mieke saat dihubungi oleh KBE. Mieke mengatakan, dampak yang dirasakan warga disekitaran dapat menyerang sistem pernafasan pusing mual hingga dapat mengganggu saraf otak. "Tingkat terparahnya dari bau BBM, dapat mengganggu saluran pernafasan, pusing, mual dan dapat menggangu saraf otak," kata Mieke Mieke menyinggung Pertamina merupakan salah satu perusahaan negara yang memiliki sumber daya yang kuat sehingga mampu dapat untuk memahami warga. "Pertamina memiliki sumber daya yang kuat untuk melakukan kepedulian terhadap lingkungan," kata dia, "Tidak boleh hanya sekedar memberi CSR dan selesai begitu saja dari pihak pengelola (pertamina Dawuan). Akan tetapi harus ada pembuktian apa dari pengelola yang dapat diberikan kepada warga sekitar," sambungnya. Sebelumnya diketahui, warga merasa tidak nyaman dengan adanya perusahaan penyokong bahan bakar milik pemerintah itu di desa mereka. Hal itu dikarenakan warga selalu mencium udara yang ber’aroma bahan bakar (bensin), setiap harinya. Yang mana menurut pengakuan warga, aroma itu mengganggu pernafasan warga sekitar yang berada di lokasi terminal BBM tersebut. “Coba bapak bayangin aja, bau bensin, bau solar, itu gimana. Setiap hari bau itu, saya kan takut juga nantinya ada apa-apa dengan kami warga sini. Kita kan keganggu juga pak dengan bau itu,†ungkap Mila Karmila (45), salah seorang warga Dusun Babakan Bogor, Desa Dawuan Barat, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang kepada Karawang Bekasi Ekspres (KBE), Minggu (29/5). Selain itu menurutnya beberapa waktu lalu, warga sudah pernah mencoba untuk berkoordinasi dengan pihak Pertamina terkait keluhan tersebut, namun hingga detik ini belum juga adanya solusi konkrit yang dirasakan oleh warga setempat. “Dulu sudah pernah komplain, dan kita coba koordinasi untuk cari solusi itu sama-sama, tapi sampai sekarang belum ada juga tuh, solusinya. Infonya sih pas awal-awal berdiri, tanah kita ini mau dibayarin semua, tapi sampai sekarang juga enggak terealisasi. Boro-boro untuk beli tanah kami, kepedulian sama warga aja kurang kayaknya,†keluh ibu empat anak itu, sembari melayani beberapa bocah pembeli yang sedang jajan di warung es miliknya. Ketika disinggung, apakah pihak Pertamina pernah memberikan dukungan cinderamata berupa bantuan kepad warga sekitar, lagi-lagi Mila sapaan akrabnya, menunjukan kekesalan. “Ih enggak ada pak, kalau dulu mah iya, tapi dulu banget, dulu pas baru buka. Ada ngasih sembako, gula, beras dan minyak gitu, tapi ya dulu banget. Kalau sekarang ini enggak pernah sama sekali, apalagi pas Covud kemarin kan ya, kami semua pada susah, CSR nya enggak jalan, enggak ada konpensasi untuk kami, padahal kami kuga butuh diperhatiin,â€kesalnya. Senada dengan Mila, Nurhayati pun menyampaikan dalam satu hari setidaknya tiga sampai lima kali, warga terpaksa harus menghirup aroma bahan bakar itu. “Sehari itu kadang tiga sampai lima kali sih kami mencium bau itu, kalau lagi bau bensi gitu, adalah 30 menit baru hilang baunya. Kayak-kayaknya sih itu lagi mompa dari tengk-tengki besar itu,†ujar wanita paruh baya, yang tinggal tidak jauh, kurang lebih hanya berjarak 100 meter dengan pagar pembatas terminal penyimpanan bahan bakar minyak itu. Selain itu menurutnya, anaknya juga sudah pernah melaporkan terkait keluhan itu kepada pihak terminal Pertamina, namun tidak membuahkan hasil apapun, justru anaknya disuruh pulang oleh petugas yang berjaga. “Anak saya juga sudah pernah kesana langsung, tapi disuruh pulang,†kecewanya. Uniknya hal ini bukan kali pertama terjadi, sebelumnya pada tahun 2015 lalu, warga sudah pernah mendemo besar-besaran Depot BBM tersebut, lantaran dua orang warga pingsan akibat terdampak polusi udara. Meski sudah sering melontarkan keluhan secara langsung, lagi-lagi warga Desa Dawuan harus menanggung kekecewaan, merasa terasingkan dan, dilupakan oleh perusahaan raksasa itu. Bahkan tim anggota DPR RI Dedi Mulyadi, pun sudah pernah turun tangan untuk menjembatani hal itu namun masih belum membuahkn hasil yang dapat dirasakan oleh warga setempat. “Karena itu saya mau jual rumah saya, biar bisa nafas lega, gak nyium bau minyak gini. Apalagi kalau habis hujan, banjir pasti ada bekas tumpahan minyak yang ngalir,†tambahnya Nurhayati. Sementara itu, berdasarkan pantauan tim di lokasi setidaknya terdapat empat tengki raksasa, yang digunakan untuk menampung bahan bakar minyak, yang berdiri diatas tanah seluas ratusan ribu meter itu. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak Pertamina belum juga memberikan jawaban pasti terkait berita ini, Ogi Humas Marketing Operation Region (MOR) III Jawa Bagian Barat, pun ketika dihubungi tidak memberikan jawaban secara gamblang. “Tunggu bentar Kang, saya cek ke tim FT Cikampek,†jawabnya melalui pesan singkat WhatsApp yang dikirim melalui nomor telefon miliknya. (bal/gem/mhs).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: